Kamis, 18 Oktober 2012

MASA MUDA ALBERT EINSTEIN

Karena ketertarikannya di bidang sains, wajar kalau Einstein remaja menjadi orang yang paling pintar di bidang sains di sekolah nya, walaupun ia sangat lemah dalam pelajaran klasik dan hapalan. Sayangnya, Einstein masih tidak menikmati sekolahnya di Jerman. Dua tahun sebelum lulus dari high school, orang tua nya jatuh bangkrut dan harus pindah ke Italia. Karena alasan tertentu, Einstein harus berpisah dengan orang tua nya, tinggal di asrama dan meneruskan sekolah nya di Jerman. Tapi kondisi ini tidak berlangsung lama. Karena tidak betah dengan suasana sekolah dan asrama, ia mencari cara agar dapat keluar dari sana. Apa yang dilakukannya? Ia berpura-pura sakit jiwa! Hingga ia mendapat surat rekomendasi dari dokter dan drop-out dari sekolah. Tak terbayang oleh ku anak SMA dapat melakukan hal nekat seperti ini. Hal positif nya adalah berani melakukan tindakan di luar kebiasaan. Hehehhe.. Terserah kalian memandangnya seperti apa.
Einstein mempunyai kakak yaitu Jacob Einstein dan adik perempuannya yang sangat ia sayangi Albert Maya, bahkan rasa kehilangan ketika adiknya meninggal begitu mendalam melebihi sewaktu istri pertamanya meninggal. Karena istri pertamanya Mileva (teman di universitasnya) yang berasal dari serbia meninggal, ia menikah kembali, istri keduanya Elsa. Ia mempunyai anak yaitu Hans Albert yang suka berbicara sains dan Nathan yang suka berbicara politik. Ia juga memilki anak tiri yaitu Margot yang lumpuh.
Albert Einstein sangat kuat ingatannya mengenai perkembangan sains dari anak – anak hingga dewasa, tetapi sulit mengingat pengalamannya sewaktu masih kecil atau remaja. Masa- masa mahasiswa Einstein biasa saja, ia tidak mempermasalahkan pakaiannya, kebiasaannya tidak konvensional, hingga ada suatu cerita walaupun ia benci Gymnasium yang Otoriter itu tapi ia masih ingat seorang guru yang baik hati kepadanya, maka setelah ia berhasil menjadi orang besar karena penemuannya itu, ia menyempatkan datang kerumah gurunya. Tetapi karena pakaiannya yang amburadul, ketika bertamu dengan gurunya, ia dianggap sebagai pengemis jalanan sehingga akhirnya dia pulang dengan penuhkecewa. Selain penampilanya ia juga memiliki sifat pelupa. Pernah ia lupa membawa kunci vilanya pada saat akan berbulan madu.
Pada waktu muda Einstein adalah juga seorang pria yang mempunyai kharisma bagi wanita dan ia sangat senang bila berada didekat wanita. Tubuh yang serasi dengan rambutnya yang hitam lebat berombak, matanya yang lebar bercahaya dan tindak tanduknya yang bebas yang merupakan daya tariknya. Banyak wanita yang senang bersamanya apalagi mendengarkan ia bermain biola. Einstein tidak tertarik pada wanita intelektual tetapi rasa kasihan yang selalu membuatnya tertarik pada wanita yang bekerja fisik.
Pada usia 15 tahun keluarga Einstein pindah ke Italia, tetapi ia di tinggal di Gymnasium, karena orangtuanya berharap ia segera menyelesaikan pendidikannya dengan harapan bisa menjadi insinyur elektro. Tetapi akhirnya Albert gabung bersama orangtuanya di Italia dan keluar dari Luitpold Gymnasium tanpa mengambil ijazah, yang kemudian pada usia 16 tahun ia meneruskan pendidikannya di Zurich,Swiss yaitu sekolah tinggi politeknik yang tanpa memakai ijazah Gymnasium tetapi melalui dengan ujian masuk. Pendidikan di politeknik ini ditempuh 4 tahun agar mencapai anak tangga terendah jenjang profesi guru.
Pada usia 22 tahun, di universitas Munich ada yang memulai karya penting yaitu Max Karl Ernest Ludwig Planck, yang memberikan suatu perkembangan revolusioner dari teori kuantum Planck sendiri, hal inilah yang memacu semangat Einstein dalam ketekunan, kritis dan penuh teka – teki. Sehingga setelah 7 tahun yaitu dari umur 15 tahun sampai 22 tahun di Swiss akhirnya ia memutuskan kembali ke Jerman yang di bencinya. Akhirnya dari sinilah dia berusaha menyelidiki problema ruang waktu dan melahirkan teori relativitas. Hanya sayang apa yang dikatakan terakhir kalinya oleh pemikir besar ini tidak di tahu karena perawat yang menungguinya tidak paham bahasa Jerman.
Tak lulus dari high school di Jerman, Einstein mencoba masuk universitas ternama di Swiss, ETH Zuriich. Namun sayang, ia gagal di tahun pertama. Memang nilai sains nya luar biasa, namun ia kalah di pelajaran klasik. Karena itu, pihak universitas menyarankannya untuk menamatkan high school di Swiss. Alhasil, di tahun berikutnya Einstein berhasil masuk ke kampus yang ia dambakan.
Setelah lulus S1, Einstein masih bekerja di bidang pendidikan dan penelitian. Ia menikah dengan teman kuliah nya dulu, Mileva. Awalnya mereka adalah pasangan yang serasi menurut ku. Istri nya selalu mendukung Einstein kala ia harus bergadang karena penelitiannya. Bahkan ketika Einstein butuh teman diskusi pun, Mileva dapat diandalkan, karena mereka berasal dari background ilmu yang sama. Namun, semuanya jadi berubah begitu Einstein mendapat tawaran penelitian dan mengajar serta pindah ke Jerman. Menurut Einstein, ini merupakan peluang besar bagi nya, bahkan mungkin impian terbesar nya untuk mengembangkan riset nya. Namun, tidak bagi Mileva. Mileva lebih mempertimbangkan kehidupan anak-anaknya. Mereka dikaruniai 2 orang anak. Perbedaan ini membawa mereka kepada perceraian, dimana Einstein pindah ke Jerman, sementara Mileva bersama anak2nya masih stay di Swiss. Apakah ada faktor lain yang tidak diekspose di buku ini/ publik, aku tidak tau. Tapi yang pasti, dalam kehidupan berkeluarga sangat penting adanya kesamaan visi. Kesamaan visi mulai dari awal sampai akhir. Sayang sekali karena tidak adanya kesamaan visi diantara Einstein-Mileva, hingga mereka harus berpisah dan menjalani hidup masing-masing.
Memang begitu pindah ke Jerman, Einstein mengalami kemajuan dalam karir nya. Ia bahkan memperoleh penghargaan nobel. Oya, di Jerman, Einstein sempat menikah lagi dengan seorang janda, yang masih ada hubungan saudara dengannya. Namun, hadiah dari penghargaan nobel yang diterimanya, ia berikan kepada mantan istrinya, Mileva.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar